KABARPEMALANG.COM – Ruswadi adalah potret sebuah ketekunan yang tak terbantahkan. Belajar menggambar sejak anak-anak. Layaknya anak usia SD pada dekade 70-an silam, anak keempat dari tujuh bertsaudara pasangan Wardi dan Maenah itu mulai menyukai corat-coret menggunakan kapur tulis.
Media yang dimanfaatkan pun sederhana, hamparan tanah di halaman rumahnya di bilangan Jalan Porong, Kelurahan Kebondalem, Pemalang. Saking ‘kecanduan’-nya menggambar dengan kapur tulis diatas tanah itulah akhirnya semangat bersekolahnya pun menjadi luntur.
“Sungguh, karena sangat suka menggambar sampai saya tidak ingin bersekolah,” tutur suami dari perempuan sederhana bernama Welas Asih itu ketika disambangi di kediamannya Jalan Dahlia Dalam, lingkungan RT 03 RW 12 Kelurahan Pelutan, baru-baru ini.
Ruswadi kemudian menuturkan, kesukaannya menggambar itu mendapat dukungan penuh dari ayah dan ibunya. Selain selalu menanyakan ihwal perkembangan keterampilannya menggambar, sang ayah juga menanyakan ketersediaan kapur tulis maupun pinsil warna miliknya. “Ayah saya selalumenanyakan apakah pinsil saya masih atau sudah habis,” kata pelukis berambut panjang itu.
Kedekatan dengan kedua orang tuanya itu dinilai menjadi sebuah tambah dalam hal semangat dan motivasi untuk terus belajar dan berkreasi. Dan akhirnya Ruswadi mulai menggunakan cat minyak seiring usianya memasuki remaja. Sebelumnya cat air dan media kertas beberapa tahun lamanya menyobati proses kreatifnya.
Diakuinya, peran keluarga sangat tidak kecil dalamperjalanan karirnya sebagai perupa yang sudah melahirkan sederet karya hingga sekarang ini. Di rumah tinggal yang sekaligus menjadi tempat dirinya berkarya, ada seorang perempuan setia yang telah memberinya dua anak manis, Yudistira dan Cahaya. Perempuan bersahaja yang dinikahinya pada 2 April tahun 2000 itu tidaklah sekadar pendamping hidup.
“She is my inspiration,” ujar pelukis berkacamata itu setengah berbisik.
Dan sumur ilham yang tak pernah kering dia timba lainnya adalah Yudistira dan Cahaya. Maka lengkaplah sudah ‘pasukan’ motivator yang berada dibelakang Ruswadi. Karena selain kedua orang tua dan isteri tercinta juga ada dua buah hati yang senantiasa menghidupkan daya imajinasi.
Perjalanan Ruswadi sebagai pelukis ternyata cukup panjang berliku. Pernah pula merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai dekorator sebuah hotel. Saat itu dia berkesempatan mengikuti Bursa Seni di Blok M, dan lukisannya ‘Bahtera Nuh I’ pun diminati serta dibeli wisatawan asal Jerman.
“Namun entah kenapa saya tidak betah di Jakarta, ingin pulang kampung melulu,” katanya. Akhirnya dia pun memutuskan pulang dan menetap di Pemalang, kota kelahirannya. Selain dikoleksi orang asing tersebut, lukisan karya Ruswadi juga dibeli orang dari Bali. Hingga hari ini sudah puluhan lukisan dia kerjakan. Obyek lukisannya lebih pada keindahan alam, flora dan fauna.(Ruslan Nolowijoyo).
0 comments
Post a Comment