Kuliner Pemalang - Mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang yang mendengar kuliner yang satu ini, Lembarang. Yah, namanya Lembarang. Kuliner berkuah ini masih banyak kita jumpai di desa-desa yang ada di Pemalang salah satunya yang ada di Desa Susukan Kecamatan Comal. Di sini ada seorang ibu bernama Marsiti yang setiap hari menjual Lembarang di Pasar Susukan.
Sayur Lembarang dibuat dari bahan utama seperti tempe, tahu, tempe gembus.Sebagai pelengkap, biasanya ditambahkan daun kol. Sayur ini tidak menggunakan santan, bumbunya sendiri terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, tomat dan bahan bumbu lainnya yang digoreng terlebih dahulu lalu ditambahkan air sebagai kuah. Bahan-bahan utamanya sendiri dimasukkan setelah kuahnya mendidih.
Sayur Lembarang ini biasanya dihidangkan sebagai menu makan atau disantap sebagai tanpa nasi. Oleh sebagian penjual, wadahnya masih berupa takir sebuah wadah yang dibentuk dari daun pisang. Ukurannya pun terlbilang kecil. Lembarang yang dihidangkan seperti ini cocok dimakan saat santai. Cara unik lainnya dalam menyantap lembarang ini biasanya ditambahkan dengan remukan kerupuk usek, kerupuk yang digoreng dengan menggunakan pasir panas.
Nah, di Pasar Desa Susukan ada Bu Marsiti. Menempati kios kecil di sudut pasar, Bu Marsiti yang berjualan sejak tahun 1995 ini setiap harinya menyediakan Lembarang. Sebelum menetap berjualan di pasar, Bu Marsiti mulanya jualan keliling. Jika kalian hendak ke kios Bu Marsiti ingat jamnya yah yaitu pukul 8.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Bu Marsiti yang sekarang menginjak usia ke-60 ingin tetap berjualan. Tujuannya agar makanan khas ini tetap bisa dijumpai masyarakat sekitar meskipun kini makanan-makanan modern sudah banyak dijumpai di kampung-kampung.
"Saya ingin melestarikan kuliner khas ini, karena anak-anak muda di sini lebih memilih kerja di kota-kota besar seperti Jakarta untuk kerja di pabrik-pabrik", ujarnya kepada Kabar Pemalang pada Jumat (19/8/2017). (Eki)
Lembarang |
Sayur Lembarang ini biasanya dihidangkan sebagai menu makan atau disantap sebagai tanpa nasi. Oleh sebagian penjual, wadahnya masih berupa takir sebuah wadah yang dibentuk dari daun pisang. Ukurannya pun terlbilang kecil. Lembarang yang dihidangkan seperti ini cocok dimakan saat santai. Cara unik lainnya dalam menyantap lembarang ini biasanya ditambahkan dengan remukan kerupuk usek, kerupuk yang digoreng dengan menggunakan pasir panas.
Nah, di Pasar Desa Susukan ada Bu Marsiti. Menempati kios kecil di sudut pasar, Bu Marsiti yang berjualan sejak tahun 1995 ini setiap harinya menyediakan Lembarang. Sebelum menetap berjualan di pasar, Bu Marsiti mulanya jualan keliling. Jika kalian hendak ke kios Bu Marsiti ingat jamnya yah yaitu pukul 8.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Bu Marsiti yang sekarang menginjak usia ke-60 ingin tetap berjualan. Tujuannya agar makanan khas ini tetap bisa dijumpai masyarakat sekitar meskipun kini makanan-makanan modern sudah banyak dijumpai di kampung-kampung.
"Saya ingin melestarikan kuliner khas ini, karena anak-anak muda di sini lebih memilih kerja di kota-kota besar seperti Jakarta untuk kerja di pabrik-pabrik", ujarnya kepada Kabar Pemalang pada Jumat (19/8/2017). (Eki)
0 comments
Post a Comment