Kreasi Cerdas Putera Pemalang ( 1 )





Patung Gagah Berbahan Olahan Limbah

Catatan Ruslan Nolowijoyo

Boleh percaya atawa tidak patung Jenderal Sudirman yang berdiri gagah di pintu masuk Desa Sungapan Kecamatan/Kabupaten Pemalang, bukan berbahan baku semen layaknya kreasi seni patung pada umumnya. Namun patung setinggi 5,5 meter diatas umpak setinggi 2 meter di sudut barat desa itu terbuat dari bahan limbah styrofoam yang biasa berserakan di sekitar tempat sampah.
 
Patung Janderal Sudirman itu
Ya, limbah yang lazim disebut dengan nama gabus itu mudah kita temukan di tempat sampah. Namun ternyata merupakan bahan olahan utama untuk merancang bentuk sebuah patung sesuai yang diinginkan kreatornya. Dan untuk menjadi sebuah kreasi bernilai seni gabus yang telah terkumpul harus melewati proses pembersihan kemudian penyampuran dengan bensin sehingga menjadi sebuah adonan layaknya tanah lempung yang pada akhirnya siap dibentuk.

Nah, kenapa mesti gabus yang harus dilibatkan sebagai bahan utama? Jawabnya ternyata tidak sebagaimana yang kita bayangkan. Sebab erat kaitannya dengan prinsip siempunya kreasi, dengan sederet pertimbangan rasional termasuk pernak-pernik kepedulian yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, teknologi tepat guna, pemahaman khalayak secara sosio kultural terhadap sebuah kreasi inovatif yang masih terasa eksotik. Dan tak kalah pentingnya sebuah tolok ukur terhadap keseriusan sang kreator bersama tim kerjanya yang praktis mewujudkan sebuah ide dan gagasan indah berbekal semangat membara. Tanpa dukungan ‘logistik’ yang berarti.

Namun yang pasti patung Jenderal Sudirman yang diimpikan itu kini telah berdiri dan dalam proses penyelesaian. Pada sisi depan beton umpaknya terpasang sehelai banner berlatar merah putih dengan tulisan yang menyentuh :  ‘Mohon Doa Restu Sedang Dibangun Monumen Jenderal Sudirman Oleh Pemuda Kreatif Inovatif RW I Sungapan Mohon Partisipasi Sumbangan Anda’.  Dari tulisan tersebut tentu dapat dipetik sebuah bahan renungan, sebuah keprihatinan yang idealnya segera berakhir dengan terpenuhinya apa yang diharapkan sang pematung beserta tim kerjanya. Pun dapat disimpulkan bahwa mereka, para pemuda dan kreator patungnya memang berangkat berbekal tekat, tanpa mengantungi sejumput ragat. (Bersambung)

0 comments

Post a Comment